Mengenai Saya

Foto saya
Manusia yg di ciptakan oleh sebuah rasa cinta yg menyakitkan

Kamis, 16 April 2009

GLOBAL WORMING: RAMALAN HANCURNYA KEHIDUPAN MANUSIA

Global warming menjadi sebuah tema yang sedang marak diperbincangkan oleh banyak pihak. Berbagai media massa menjadikan masalah ini sebagai sorotan utama dan kalimat pengisi headline. Apakah ini adalah permasalahan baru yang dihadapi umat manusia? Tentu saja tidak, pemanasan global adalah isu lama yang kian menghangat, dalam pengertiannya secara harfiah maupun metaforis.

Secara umum, global warming dapat didefinisikan sebagai proses menghangatnya bumi dalam beberapa kurun waktu. Proses ini adalah gejala alamiah, jika bumi tidak mengalami penghangatan maka dapat dipastikan bahwa bumi akan membeku seperti pada masa ice age. Lalu, kalau global warming adalah suatu gejala alamiah kenapa begitu banyak pihak yang meributkannya? Permasalahannya adalah ulah manusia yang telah menjadikan proses ini berjalan abnormal.

Sejak berkembangnya teknologi industri, pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batubara meningkat dengan pesat. Penggunaan sumber energi ini menghasilkan emisi gas buangan dengan karbondioksida (CO2) sebagai kandungan yang dominan. Apa akibatnya? Akibatnya gas CO2 ini terakumulasi dan membentuk sebuah lapisan pada atmosfer bumi. Lapisan inilah yang kemudian menjadi ‘kaca penahan’ bagi panas bumi yang keluar. Panas bumi tersebut dipantulkan berkali-kali sehingga memperkuat penghangatan yang terjadi secara alamiah. Umumnya peristiwa ini disebut sebagai Greenhouse Effect.

Bahaya utama dari peristiwa tersebut adalah meningkatnya temperatur bumi yang mengalami efek domino. Kronologisnya adalah sebagai berikut: Pertama, temperatur di bumi naik, hal ini menyebabkan mencairnya salju di pegunungan dan es di kutub-kutub; Kedua, Lelehan dari salju dan es tersebut menambah volume air di laut sehingga permukaannya bertambah tinggi; Ketiga, naiknya permukaan air laut berakibat langsung pada bertambahnya musim kemarau dan berkurangnya musim hujan, perubahan iklim terjadi, hewan-hewan bermigrasi, spesies hewan dan tumbuhan mengalami penurunan jumlah, pasokan air bersih berkurang, disharmonisasi alam terlaksana dan kelangsungan hidup umat manusia pun terancam.

Selain akibat-akibat yang diutarakan di atas, perubahan iklim yang semakin memanas juga memegang andil dalam naiknya prosentase kebakaran hutan. Frekuensinya semakin sering terjadi dan area pembakarannya meluas. Lahan gambut, yang merupakan vegetasi penyerap gas CO2, ikut terbakar habis dan artinya potensi untuk mengurangi lapisan rumah kaca di atmosfer bumi pun berkurang drastis.

Jika belum juga mendapat mendapat gambaran tentang bahaya yang menunggu umat manusia ‘di depan sana’ coba saja bayangkan jika Anda berada pada suatu masa dimana dunia mengalami krisis pangan dan air bersih; banyak daerah pesisir yang hilang ditelan laut, yang berarti menghasilkan ribuan bahkan puluhan ribu korban jiwa; hari-hari Anda lewati seperti berada di dalam sauna; sumber-sumber energi seperti minyak dan gas alam disamping sangat terbatas, menjadi sangat mahal; banyaknya sektor kehidupan yang terhambat dan mati seperti sektor pertanian, perikanan, kelautan, pariwisata, transportasi dan lain-lain. Dan itu semua belum lagi setengahnya dari hal-hal yang akan kita hadapi sebagai imbas dari global warming.
Setelah mengetahui kerugian yang akan kita terima, akankah kita tetap berdiam diri dan membiarkan hal-hal itu terjadi? Partisipasi kita dalam memelihara kehidupan bisa dimulai dari melakukan penghematan dalam penggunaan bahan energi, mencari sumber energi alternatif, gunakan listrik secukupnya, ganti barang-barang elektronik dengan yang ramah lingkungan, dan last but not least: cintai alam sekitar sebagaimana Anda mencintai diri sendiri.
(Dirangkum dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar